Wawancara dibutuhkan untuk menggali berbagai informasi yang dibutuhkan pewawancara. Selain itu, wawancara juga kerap kali dilakukan sebagai tahap seleksi pelamar kerja. Untuk itulah, cara melakukan wawancara yang benar wajib diketahui agar tujuannya bisa tercapai dengan hasil maksimal.
Jika wawancara tidak dilakukan dengan benar, informasi penting yang dicari tidak akan diperoleh. Akibatnya, aktivitas wawancara yang dilakukan hanya menghabiskan waktu dan tenaga para pelaku yang ada di dalamnya.
Daftar Isi
Bagaimana Cara Melakukan Wawancara
Wawancara merupakan salah satu bentuk komunikasi antara dua orang atau lebih yang terdiri dari narasumber dan pewawancara.
Narasumber berperan sebagai informan yang memberikan informasi, sementara pewawancara yang memberikan pertanyaan atau menggali informasi yang dibutuhkan.
Cara dan langkah melakukan wawancara sebenarnya sangat mudah. Namun yang membuatnya sulit adalah mendapatkan informasi yang tepat sasaran atau sesuai dengan tujuan wawancara tersebut diadakan.
Agar informasi yang didapatkan lebih lengkap, pastikan untuk menerapkan rumus 5W + 1H dalam proses wawancara tersebut. 5W + 1H terdiri dari what (apa), who (siapa), where (dimana), when (kapan), why (mengapa), dan how (bagaimana).
Selain itu, point penting yang wajib diterapkan agar bisa melakukan wawancara dengan benar adalah memperhatikan teknik komunikasi dua arah atau lebih.
Tata Urutan Melakukan Wawancara yang Efektif
Efektivitas wawancara sangat ditentukan oleh cara dan urutan yang benar dalam melakukannya. Bagi yang belum pernah melakukan wawancara secara profesional, berikut tata urutan yang wajib diterapkan agar wawancara berhasil.
1. Melakukan Riset Terkait Narasumber
Narasumber adalah inti dari sebuah wawancara. Keberhasilan sebuah wawancara sangat ditentukan oleh kemampuan pewawancara dalam menggali informasi dari narasumber. Agar proses wawancara berjalan lancar, maka dibutuhkan riset terlebih dahulu terkait dengan narasumber.
Cari informasi mengenai narasumber secara objektif. Nantinya informasi ini berguna untuk menjaga alur materi yang sesuai narasumber.
Namun riset terkait narasumber ini tidak berlaku untuk wawancara kerja. Adapun riset yang dilakukan untuk wawancara kerja lebih pada pengamatan tindakan karyawan yang sudah bekerja.
Tindakan positif atau negatif dari sebagian besar karyawan perusahaan selama bekerja bisa menjadi bahan wawancara kerja untuk calon karyawan baru.
2. Membuat Daftar Pertanyaan Sesuai Riset
Dari hasil riset dan informasi yang didapat terkait narasumber, bisa dipilih beberapa informasi penting yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas. Selanjutnya informasi tersebut diolah menjadi pertanyaan yang akan diajukan saat proses wawancara berlangsung.
Agar informasi yang didapat dari narasumber lebih luas, usahakan untuk membuat pertanyaan dengan jawaban berupa penjelasan atau terbuka. Sebaliknya minimalisir pertanyaan dengan jawaban tertutup seperti ya atau tidak.
Pada tahap membuat pertanyaan inilah, rumus 5 W + 1 H bisa diterapkan untuk mempermudah proses menyusun pertanyaan sehingga mewakili segala informasi yang ingin didapatkan.
3. Melengkapi Alat Pendukung Wawancara
Selanjutnya adalah melengkapi beberapa alat pendukung lainnya yang dibutuhkan dalam proses wawancara. Misalnya alat tulis dan catatan kecil, catatan pertanyaan, serta perekam suara jika narasumber berkenan direkam.
Alat pendukung lainnya yang tidak kalah penting adalah pengelolaan waktu. Pastikan datang lebih awal dan sudah memperkirakan banyaknya pertanyaan dengan waktu wawancara yang sudah ditetapkan.
Bila waktu yang diberikan narasumber untuk wawancara terlalu singkat, maka daftar pertanyaan yang sudah dibuat bisa diringkas lagi sebelum proses wawancara dimulai.
4. Sesuaikan Penampilan dan Gaya Bahasa dengan Narasumber
Efektivitas wawancara juga sangat ditentukan oleh penampilan dan gaya bahasa pewawancara. Agar narasumber merasa nyaman dan mudah memberikan informasi, penampilan dan gaya harus disesuaikan dengan tipe narasumbernya.
Untuk narasumber yang sifatnya formal seperti pejabat pemerintah, tentu saja penampilan juga harus formal dan rapi. Demikian juga bahasa yang digunakan harusnya lebih santun sebagai bentuk rasa hormat kepada narasumber.
Sebaliknya untuk tipe narasumber yang santai seperti seniman, pedagang kaki lima dan sejenisnya boleh menggunakan bahasa santai dengan penampilan yang juga santai tapi tetap sopan.
5. Perhatikan Etika Wawancara
Wawancara juga termasuk bentuk komunikasi dua arah yang memiliki aturan dan etika. Adapun beberapa etika dalam berkomunikasi dua arah yang wajib diperhatikan ketika proses wawancara meliputi:
• Menggunakan bahasa yang sopan dan mudah dimengerti.
• Bersikap santun kepada narasumber.
• Bertanya dengan sopan kepada narasumber kalau ada pernyataan yang kurang dimengerti.
• Melakukan kontak mata saat bertanya kepada narasumber.
• Menyediakan jeda atau waktu kepada narasumber untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan yang diajukan.
• Mendengarkan dan memperhatikan narasumber ketika memberikan jawaban.
Etika tersebut juga berlaku saat wawancara kerja sehingga pelamar kerja seharusnya bisa merasa lebih nyaman dan tidak perlu tegang ketika diwawancarai.
Bagi pelamar kerja yang berulang kali gagal diterima setelah wawancara, bukan berarti ada yang salah dengan prosesnya. Bisa jadi hal ini disebabkan karena pekerjaan yang dilamar tidak sesuai bakat.
Agar tidak sampai ditolak kerja setelah wawancara, bisa menemukan pekerjaan yang sesuai kemampuan terlebih dahulu di pelangifortunaglobal.com yang sudah terkenal efektivitasnya.
6. Menjaga Alur Tema Wawancara
Agar fokus pembahasan tidak melebar hingga keluar dari materi, tentu saja alur pembicaraan wajib dijaga. Caranya dengan membuat dan mempelajari kerangka alurnya sebelum proses wawancara dimulai.
Dengan membuat kerangka terlebih dahulu, alur wawancara bisa lebih terjaga namun tetap mengalir santai sehingga narasumber tidak merasa tersudutkan dan nyaman saat diwawancarai.
7. Kerucutkan Pertanyaan Sesuai Tema
Saat wawancara, terkadang banyak informasi penting yang tidak berhasil digali dari narasumber. Selain karena narasumber memang tidak ingin menyampaikan, bisa saja hal tersebut terjadi akibat pewawancara yang tidak bisa memfokuskan pertanyaannya.
Untuk itulah, usahakan untuk memberikan pertanyaan yang lebih spesifik tapi tetap sesuai dengan tema wawancara. Dengan begitu, narasumber bisa mengetahui maksud pertanyaannya dan mampu menjelaskan secara detail.
8. Rekam atau Catat Hal Penting dalam Wawancara
Cara melakukan wawancara yang benar selanjutnya adalah merekam ataupun mencatat hal penting yang disampaikan narasumber. Apabila narasumber mengizinkan untuk direkam, maka saat wawancara wajib merekamnya.
Sebaliknya, Kalau tidak diizinkan, catat informasi penting saat proses wawancara berlangsung. Tentu saja tidak semua percakapan wajib dicatat, cukup poin pentingnya saja. Meskipun tidak ada larangan mencatat semua yang disampaikan narasumber, tapi mencatat terlalu banyak bisa mengganggu fokus wawancara.
9. Narasikan Catatan Wawancara Setelah Pertemuan Selesai Dilakukan
Tahap terakhir adalah merangkum catatan menjadi sebuah narasi atau sesuai kebutuhan. Kalau untuk kebutuhan jurnalis berupa berita, poin penting yang dicatat ketika wawancara bisa dinarasikan.
Apabila hasil wawancara berbentuk rekaman, justru perlu dirangkum agar lebih singkat dan fokus dengan materi yang ingin dijelaskan. Khusus untuk perkataan narasumber yang cukup penting, bisa mencatatnya dalam bentuk kutipan tanpa mengubah ataupun meringkasnya.
9 cara melakukan wawancara di atas sangat dipengaruhi oleh kesiapan diri dan kemampuan seseorang dalam berkomunikasi yang baik dan benar. Jika cara komunikasi yang dimiliki pewawancara sudah cukup baik, bisa dipastikan 9 tahapan di atas bisa diterapkan dengan mudah dan wawancara berjalan lancar.